TO ALL MY BLOG READERS

TERIMA KASIH - شكرا لك - THANK YOU - ありがとうございました - 谢谢您 - Teşekkürler - Mulţumesc - Obrigado

Rabu, 30 September 2009

Gempa Bumi di Minangkabau - Pt IV

By Idris Talu

Di bawah ini, penulis perturunkan hasil nukilan seorang doktor perubatan di sebuah Hospital di Sumatra. Beliau kerap memberikan ceramah dalam bidang keagamaan dan kemanusiaan di serata Indonesia. Ceramah beliau yang dirakamkan dalam bentuk CD juga diedarkan untuk seruan dakwah.

Tulisan ini saya hidangkan melalui blog ini setelah mendapat keizinan dari beliau.
Tulisan ini pertama kalinya disiarkan di Rantau-Net.

GEMPA LAGI
Oleh K.Suheimi

Kulihat ibu pertiwi. Sedang bersusah hati
Airmatanya berlinang, bak intan putus karang
Kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa

Bait lagu ini menyentuh hati dan perasaan saya, mata saya berlinang menyaksikan tayangan TV korban Gempa dikampung halaman saya Pariaman, Padang, Painan semua tempat yang sering saya kunjungi.

Bangunan yang biasanya berdiri megah sekarang jadi puing hancur berantakan. Ribuan korban masih terkurung dalam bangunan yang hancur luluh.

Belum lagi kita saksikan kampung- sepanjang pantai, Tiku, Sei Limau, Kurai Taji, Pauh Kambar, Lubuk Alung, Bungus, Tarusan, Pasarbaru ,Painan dan terus ke Selatan. Konon di Nagari-Nagari di atas lebih parah, tapi belum terpantau.

Beberapa Rumah Sakit runtuh, kantor pemerintah ambruk. Pasar raya terbakar. Tanah longsor dan air bersih terputus, lampu padam. Di bukit-bukit tempat pengungsian ribuan orang kehausan dan kelaparan, serta ketakutan.

AIR mata belum lagi kering dan isak tangis belum usai di Yogyakarta dan Jawa Barat, bencana menerpa , gempa mengguncang lagi. . Ribuan rumah di sepanjang pantai Barat Sumbar rata dengan tanah.

Mobil dan motor hancur berantakan, tabrakan tak terhindarkan, sebagian bangkai mobil ini menyeruduk rumah.

Dada saya terguncang mata saya memerah menyaksikan bangkai-bangkai manusia yang terjepit yang belum berhasil di keluarkan. ratusan penduduk wafat seketika.

Setiap kali gempa dan tsunami tiba, kita terhenyak sadar bahwa negeri ini rawan gempa, dan rawan Tsunami.

Sejarah kejadian gempa dan tsunami sudah berulang kali terjadinya. Tetapi, setelah kepedihan berlalu, kita lupa akan ancaman bencana yang setiap saat datang.

Kita baru tergagap luar biasa ketika bencana benar-benar tiba. Kita harus jujur mengatakan bahwa kita memang bangsa yang tidak cakap belajar dari pengalaman. Tidak cakap belajar dari alam. Padahal, alam tidak mungkin bergerak tanpa patuh pada hukum-hukumnya. Artinya itu semua bisa kita pelajari.

Awal terjadi Tsunami di Aceh, semua penduduk Padang siaga penuh, Ketika di Guncang Gempa mereka berlarian, tapi longgar lagi.

Padahal semua tetap meprediksi Apa yang terjadi di Aceh 5 th lalu dan Kejadian di Jawa Barat akan trulang dan akan terjadi juga di SUMBAR.

Dan sangat memilukan hari ini kita saksikan sesuatu yang sangat menyesakkan dada terjadi jua di Sumbar.

Bencana, di mana pun, seharusnya menjadi tempat belajar tentang banyak hal. Sayang, selain penderitaan, rupa-rupa bencana di negeri ini selalu berlalu begitu saja.

ALAM kembali memperlihatkan keperkasaannya. Hanya kurang dari dua menit lebih dari ratusan orang tewas dan ribuan bangunan runtuh, ratusan mobil dan motor luluh lantak. Bencana alam gempa itu datang lagi meluluh lantakkan kampung halamanku.

Bencana demi bencana yang bertirit=tirit datangnya dari, Gempa tsunami, tanah longsor, banjir dan air bah, bahaya gunung meletus, membuat kita harus erintrospeksi. Adakah yang salah dari bangsa ini?

Kenapa Bencana itu sepertinya tak mau beranjak dari Indonesia. Belum habis yang satu sudah datang yang lain, Ujungnya kehancuran dan kemusnahan.

Kita hanya bisa bertanya-tanya: Ada apa?

Idzaa zulzilatil ardhu zilzaalaha. Waakhrojatil ardhu atsqaalaha. Waqaalalinsaanu maa laha.. ''Ketika bumi diguncang sekeras-kerasnya. Dan dikeluarkan dari bumi segala isinya, memuntahkan beban berat yang di pikulnya.

Apa yang dimaksud dengan beban berat, beratkah gunung?, beratkah besi?, beratkah mineral yang di kandungnya?.

Tidak Bumi tidak keberatan memikul semua itu, Tapi Bumi kewalahan dan tak tak sanggup memikul beratnya dosa anak manusia yang bertengger dipermukaan Bumi itu.

Dengan mudah dan dengan enteng serta bangga manusia melakukan dosa dan perbuatan keji. Setidaknya fenomena itulah yang hari-hari ini terjadi di sekitar kita.

Ya Allah, Engkau tumpahkan isi bumi. Lewat dasar samudera, kau guncangkan datarannya , setelah sebelumnya Jawa Barat. Rumah-rumah Kauratakan dengan tanah. Ribuan orang Kaupanggil menghadap-Mu seketika dengan cara tidak biasa. Anggota-anggota keluarga Kaupisahkan begitu saja. Mengapa? Kami sungguh tidak tahu mengapa Kau turunkan kembali pelajaran melalui bencana seperti sekarang.

Apakah ini karena kami telah melupakan pelajaran terdahulu? Atau, kami bahkan tidak belajar apa pun dari bencana-bencana sebelumnya? Wallahu a'lam. Engkau yang Mahatahu.

Astaghfirullah! Kami sering merasa paling tahu tentang Engkau dan ayat-ayat-Mu, ya Allah. Maafkan kami. Bukalah mata, telinga, dan hati kami. Jadikan kami senantiasa mampu menangkap ayat-ayat-Mu.

Saban tahun bencana selalu terjadi. Tetapi kita selalu terbata-bata, bagaimana menolong korbannya. Bersiap-siaplah hidup dalam ancaman bencana mengerikan. Ketika hujan, banjir dan longsor bias menerjang sebelum kita menyelesaikan suapan terakhir sarapan pagi.

Semua itu dapat terjadi dan mungkin tidak lama lagi. Saya teringat kampung saya Padang Kota tercinta, hampir semua orang meramalkan setengah memastikan bahwa bencana yang lebih dahsyat dengan gempa berkekuatan 9 scala reichter akan datang, saya ngeri, dan yang kita takutkan itupun terjadi. Minang berduka, belum kering air mata kesedihan, sekarang air mata itu menetes lagi.

Hanya padaMu lah ya Allah kami berserah diri. Buya Masoed pernah mengatakan pada saya bahwa Gempa sesungguhnya peringatan Allah tentang kiamat. Hari akhir sudah kurang dipercayai oleh orang banyak,orang hanya percaya hari ini, sehingga lahirlah sekularis, pluraris dan materialis.

Gempa dan tsunami

Tidak ada sesuatu ilmu pun yang bisa menolak kecuali hanya doa.Dan doa itu otak ibadah. Apakah Anak2 kita sekarang berdoa?, atau hanya sibuk mengirimkan sms menebak kuis dan mendukung idolanya?.

Musibah memang kehendak Allah. Kita juga harus berlapang dada menghadapi setiap musibah. Inna lillaahi wa inna ilaihi raji'un. Tapi, bukankah kehendak Allah dalam soal musibah hampir selalu paralel dengan ulah kita bersama. Setidaknya banyaknya jumlah korban musibah selalu paralel dengan kesiapan kita menghadapinya.

Perhatikanlah alam negeri ini memberi kemurahan yang berlimpah sekaligus kekejaman yang tiada henti.

Tanah yang subur dan lautan yang kaya serta udara yang ramah ternyata menyimpan energi bencana luar biasa.

Untuk itu saya teringat akan sebuah Firman suci_Nya dalam Al-Qur'an:-

Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), (QS. 99:1)

dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, (QS. 99:2)

Pekanbaru 1 Oktober 2009
Powered by Telkomsel BlackBerry®

ehsan: Dr K Suheimi.

1 ulasan:

Tanpa Nama berkata...

saya ucapkan sukses buat bapak dengan artikelnya,dan mohon maaf atas penempatan komen di halaman ini...salam buat keluarga dan saling berkunjung ya pak.terimakasih

CLICK NOW

Tajuk Kegemaran