By Lily Siti Multatuliana Sutan Iskandar
Pengertian konsep Nusantara bagi kebanyakan orang Indonesia mempunyai arti Negara Indonesia, akan tetapi bagi dunia International yang disebut Nusantara adalah mencakup Daerah-daerah di Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei serta Pilipina Selatan dan Thailand Selatan dimana bangsa Melayu menetap.
Pada awal Desember tahun lalu saya diundang oleh SN Datuk Ahmad Kamal Abdullah yang sering dipanggil Datuk Kemala, untuk menghadiri Dialog Sastra Numera.
Sastrawan dari malaysia yang hadir pada Dialog ini Datuk Kemala, Puzi Hadi dan sastrawan lain nya dan dihadiri juga oleh Sastrawan senior dari padang Rusli Marzuki Saria yang telah dinobatkan sebagai Maestro Sastra oleh Dewan Kesenian Sumatra Barat yang sering dipanggil Papa Rusli karena telah dianggap menjadi Papa-nya Sastrawan Sumatra Barat dan turut hadir pula Sastry Bakri, Novelis yang juga aktif di kegiatan sastra, budaya di Indonesia dan Malaysia dan pernah mendapatkan Anugerah Srikandi Tun Fatimah dari Ketua Meneri Melaka yang disematkan oleh PM Abdullah Badawi pada 2007 di Melaka dan hadir pula penulis terkenal Indonesia yang juga Kompasianer, Pipiet Senja serta penyair Eka Budianta dari Jakarta yang karya karya sudah banyak di perbincangkan di dunia sastra.
Pada kesempatan itu Sastry juga membawa rombongan pemenang Lomba Cipta Puisi Padang 2011 tingkat nasional yang diselenggarakan Ikatan Alumni Don Bosco Padang sebagai hadiah utama mengikuti kegiatan Wisata Sastra ke Malaysia. Rombongan penyair muda dari Indonesia saat itu adalah Muhammad Subhan,Yandigsa, F Rizal Alief serta ikut pula dalam rombongan Nita Indrawati, ketua IKAPI Sumatra Barat yang aktif menulis di Padang Media.com.
Lily Siti Multatuliana Sutan Iskandar
Siang itu bersama Rosmiaty Shaari, penyair Malaysia yang 2 bulan lalu meluncurkan bukunya di PDS HB Yasin di Jakarta, dan Eflieza Arsyad, journalist Melaka Hari Ini (Koran local yang terbit di Melaka) kami meluncur ke ke Rumah Pena di KL, tempat akan berlangsungnya Dialog Sastra Numera yang di gagas oleh Datuk Kemala.
Akan tetapi kedatangan rombongan sastrawan Indonesia mengalami keterlambatan tiba di KL. Hanya Pipiet Senja yang sudah berada di KL kala kami sampai ke Rumah Pena. (Pena, Persatuan Penulis Nasional Malaysia yang pada tgl 16 Desember 2011 merayakan ulang tahunnya yang ke 50 yang dirayakan secara besar2an di Hotel Berbintang di Kuala Lumpur yang dihadiri oleh PM Malaysia dan para Sasterawan Negara dan pemenang Anugerah Penulis Asia Tenggara atau S.E. A Write Award ). Tak lama kemudian teh Pipiet tiba di Rumah Pena diantar oleh Ifendayu, salah satu Kompasianer Malaysia warga Indonesia yang tengah bekerja di Malaysia.
Sambil menunggu teman teman yang lain kita bersilaturahmi dan teh Pipiet mengeluarkan karya2 nya dan ada beberapa yang membeli termasuk saya yang ternyata banyak juga buku teh pipiet yang belum saya miliki.
Dato Kemala, sastrawan Malaysia yang baru saja mendapat gelar Sastrawan Negara ke 11 di bulan Mei 2011, membagikan secara gratis kepada teman2 buku antologi puisi, Dampak 70 Kemala yang berisi karya penyair2 Malaysia dan Penyair Indonesia dan salah satu karya saya pun ada di buku tsb, dengan dibubuhi tanda tangan beliau.
Ketika rombongan sastrawan dari Indonesia datang, acara dimulai dan kita bersilaturahmi dan saling memperkenalkan diri antara Sastrawan Malaysia dan Sastrawan dari Indonesia yang hadir pada waktu itu. Dan dilanjutkan ramah tamah. Pembicaraan Dialog Sastra Numera dibatalkan karena waktu nya sudah menjelang senja sedangkan Datuk Kemala mempunyai kegiatan lain dan meninggalkan tempat acara.
Malamnya dilanjutkan dengan pembacaan puisi Numera, sebelumnya saya diminta oleh Datuk Kemala untuk membacakan puisi Padamu Jua karya Amir Hamzah. Sangat tersanjung sekali buat saya membaca puisi di tengah tengah khalayak Sastra baik penyair2/Sastrawan Indonesia yang di dunia sastra Indonesia tak asing lagi seperti Eka Budianta dan Rusli Marzuki serta Sastry Bakri dan penyair2/Sastrawan Malaysia yang sudah begelar Sastrawan Negara dan pemenang SEA Write Award dan penyair penyair terkenal lain nya seperti Rosmiaty Shaari, Puzi hadi, dan Prof Madya Dr Arbak Othman, Prof Ir Dr Irwan Abu Bakar serta penyair2 E Sastra dan Muhammad Saleeh Rahamad dan banyak lagi.
Selesai acara baca puisi yang juga diliput oleh Koran Nasional Malaysia, Berita Harian yang terbit di Kuala Lumpur, rombongan Sastrawan dari Indonesia melanjutkan perjalanan ke Melaka dan menginap di rumah Penama (Persatuan Penulis Melaka yang beranggotakan penulis, penyair warga Malaysia yang menetap di Melaka, saya satu2 nya WNI yang aktif dalam organisasi ini)
Keesokan harinya rombongan Sastrawan dari Indonesia dengan dipandu oleh beberapa orang anggota Penama, Moch Isa, Ahmad Zauawi dan Zainal Jaslan, Rosmiaty Shaari, mengadakan wisata di Melaka. Pertama kita mengunjungi Musium Sastra yang memamerkan karya sastra sastrawan dari Melaka dan sejarah penulisan dan karya sastra sejak dulu kala.
Kemudian setelah makan siang di restaurant Rumah Melaka, yang baru saja dibangun dengan menampilkan bangunan gaya khas rumah Melaka, rombongan melanjutkan perjalanan ke lokasi wisata ke Sumur Hang Tuah, sumur yang diyakini dibangun oleh Hang Tuah dan air nya tak pernah kering dan diyakini oleh sebagian orang dapat membuat awet muda bila kita mencuci muka disana (wowlohualam deh).
Hari sudah menjelang petang sebelum para rombongan beristirahat masih menyempatkan untuk menikmati River Cruise yaitu menggunakan boat menyusuri sungai Melaka. Malam nya ada pertemuan silaturahmi antara anggota Penama dan rombongan dari Indonesia. Saya tak mengikuti acara ini karena keesokan hari nya saya ada acara di Kuala Lumpur bersama Persatuan Wanita Minang Malaysia.
Mula diterbitkan di facebook Puan Lily Siti Multatuliana Sutan Iskandar)
(Disiar semula dengan izin penulis)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan