by Yulnofrins Napilus (ynapilus)
http://www.nofrins.west-sumatra.com
Artikel Kopi Daun - Made In Batusangkar, saya petik dengan izin dari website http://www.west-sumatra.com/
Photo and article credit: Yulnofrins Napilus (ynapilus).
Description : Ini bagian yang paling saya nikmati di arena pacu Jawi. Menyeruput Kopi Daun yang disajikan di Batok Kelapa (lokal: Tampuruang Karambie) di warung dadakan ditengah sawah dengan kondisi seadanya...! Apalagi pas cuacanya mendung dan hujan gerimis pula, ditambah Pisang Goreng Panas, alamaakkk... sedap kali pun kata orang Medan...:) Kalau di Jepang ada acara Minum Sake. Tapi di Batusangkar ada acara Minum Kopi Daun di Tengah Sawah...!
Kopi Daun dibuat dari daun kopi yang telah dikeringkan sebelumnya, lalu direbus dan dikasih gula secukupnya. Rasanya...? Antara rasa Kopi dan rasa Teh. Yang jelas low caffeine kata Yunus...:) Penyajian dengan Batok Kelapa dan ganjalan dengan Bambu seperti ini, menambah sensasinya rasa Kopi Daun. Semoga style seperti ini tetap dipertahankan. Yang penting bersih. Jangan dipindah ke gelas atau diganjal dengan mangkok atau peralatan yang modern. Turun kelasnya ntar...!
Apalagi kalau Pisang Goreng tsb juga ditempatkan dengan "piring rotan" atau "piring lidi kelapa dirajut" dan dilapis Daun Pisang segar, wow... itu akan semakin meningkatkan selera kelahapannya...!
Salah satu alasan kenapa saya juga suka makan di rumah makan Sunda, krn nuansanya itu. Dihidangkan secara lokal, masih menggunakan daun pisang, piring-piring tanah, tempat cabenya dr tanah liat, tempat nasi asli anyaman bambu, dll. Plus alunan musik Sunda asli. Didindingnya dihiasi dengan foto-foto pemandangan Alam Parahyangan. Sampai-sampai salah satu Direktur RCTI Group memanggil dan mengajak agar melihat dan merasakan suasananya. Mungkin bisa ditreapkan juga buat rumah-rumah makan Minang...
Didalam Industri Pariwisata Modern saat ini dan ke masa depan nanti, semakin berbau lokal, semakin bernilai etnis, akan semakin unik. Sehingga nilai jualnya akan SEMAKIN MAHAL...! Wisatawan akan berlomba-lomba mengeluarkan uangnya juta-jutaan kesana hanya untuk merasakan SENSASI-SENSASI LOKAL seperti ini. Semoga KOPI DAUN ini akan jadi ikon berikutnya dari Batusangkar...! Insya allah...
Semoga Pemda, dalam hal ini kawan-kawan dari Dinas Pariwisata bisa membantu memberi pengarahan dan penyuluhan ke Masyarakat tentang aspek Green Tourism ini. Termasuk juga memicu adanya Cindera Mata (souvenirs) lokal yang bisa dijual. T-Shirt juga. Ini akan menghidupkan perekonomian masyarakat.
Saya liat kemaren, sudah mulai banyak, ada puluhan wisatawan datang dari luar Sumbar. Ada wisatawan asingnya juga. Bbrp dibawa oleh Tour Agents. Kalau kualitas cindera mata ini cukup terjaga baik, pasti mereka akan senang membelinya... Sebagai bukti bahwa mereka sudah pernah menghadiri acara PACU JAWI dan menikmati KOPI DAUN...:)
Penyediaan Penginapan yang bersih, belum perlu hotel berbintang, sudah sangat mendesak sebetulnya di Batusangkar. Tapi harus dikelola secara profesional. Kalau bisa jangan hanya bangunan semen standard saja. Krn kurang unik dan kurang jadi daya tarik tersendiri, akan sulit bagi Tour Agents menjualnya agar wisatawan mau bertahan disana. Home stay di Rumah-rumah Gadang, akan sangat experiencing buat wisatawan. Ada Ridwan Tulus di Padang yang jago mengemas paket-paket khusus seperti ini dan sudah diakui secara Internasional...
Jumlah obyek wisatanya, bersejarah dan langka, apalagi atraksi Keseniannya (masih banyak yg belum terekspose), sudah SANGAT BANYAK dan VARIATIF sekali untuk ukuran sebuah Kabupaten. Kalau ini semua dikelola dengan lebih baik lagi, termasuk brosur-brosur dalam Bahasa Inggeris juga, Tour Guide yang sopan, mestinya ini sudah bisa memaksa wisatawan untuk menginap disana dan "mengucurkan" uangnya di Kabupaten Tanah Datar. Sehingga keluhan Pak Bupati minggu lalu bahwa umumnya wisatawan maunya nginap di Bukittinggi atau bahkan kembali ke Padang, bisa berkurang.
Terima kasih buat Pak Abrar Nurhasan yang telah menemani dan mentraktir saya dan keluarga minum KOPI DAUN ini. I'll be back...!
Yulnofrins Napilus (ynapilus)
http://www.west-sumatra.com/
TO ALL MY BLOG READERS
TERIMA KASIH - شكرا لك - THANK YOU - ありがとうございました - 谢谢您 - Teşekkürler - Mulţumesc - Obrigado
Ahad, 23 Ogos 2009
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
CLICK NOW
Tajuk Kegemaran
-
By Idris Talu. Nama saintifiknya: Carica papaya. Nama lain: Kulikih, kalikih, parenghek, situkau, sampelo, kapelo, santelo (Minang), p...
-
إدريس اسماعیل تالو Idris Talu Buah pisang kebatu @ kepok @ abu. Pisang abu atau pisang kebatu ini mempunyai kulit teba...
-
By Idris Talu. Buah kasai atau dalam bahasa botaninya - “ Pometia pinnata “ - dikenali juga sebagai buah matoa di kepulauan Papua. Kasai...
-
By Idris Talu Salah satu usaha ternakan di Ladang Infoternak Sungai Siput Utara ialah ternakan rusa. Usaha ini amat berjaya setakat ini....
-
Teks dan gambar Kusyi Hirdan MUNGKIN ada pembaca yang sudah tahu mengenai buah perah ini. Mereka yang berada di Terengganu, Perak, Pahang da...
-
By Idris Ismail Talu. Selepas kita membakar sampah dan dedaunan kering di kebun, biasanya tidak lama selepas itu, anak-anak pokok pucuk mera...
-
Kueh Pinukuik Oleh: Rita Desfitri Lukman [R@ntau-Net] MAMBUEK PINUKUIK CARO KAMPUANG Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dek sabanta lai mungkin du...
-
إ دريس تالو Idris Talu Di Barat Semenanjung Tanah Melayu, ramai yang menyebutnya sebagai ikan tongkol atau ikan kayu . Kenapa? Mungk...
-
KUALA LUMPUR: A Malaysian couple who fully sponsored the tuition fees of their Indonesian maid’s diploma was recognised at the F&N Outdo...
-
By Idris Ismail Talu Arrowhead atau ngaku, atau kentang Cina merupakan sejenis “ubi” yang lembut yang kononnnya ditanam di dalam sawah berai...
Tiada ulasan:
Catat Ulasan