Sabtu, 23 April 2011

Peran Nafs atau Qalbu selalu menguasai gerak dan kehendak manusia.



Kalbu atau hati memang amat mempengaruhi tindak tanduk manusia dalam hidupnya.

إِنَّ فِى الجَسَدِ مُضْغَةٌ إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الجَسَدِ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدِ كُلُّهُ, أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ رواه البخاري

“ Sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal mudhghah (benda darah), jika ia sehat maka baiklah seluruh jasad, dan jika ia fasad maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati .. “
Firman Allah mengingatkan bahwa jika hati manusia telah buta maka perbuatannya yang buruk akan tampak olehnya baik saja, sehingga dia merasa senang untuk mengerjakan perbuatan yang tidak baik, serta perangainya juga kurang terpuji.

فَإِنَّهَا لآ تَعْمَى الآَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta itu, adalah hati yang ada di dalam dada. (Al-Hajj:22:46).

Maka selalulah berupaya membuka hati dengan selalu berdzikir mengingati Allah Azza wa Jalla.

إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ خَيْرًا فَتَحَ لَهُ قُفْلَ قَلْبِهِ وَ جَعَلَ فِيْهِ الْيَقِيْنَ وَ الصِّدْقَ وَ جَعَلَ قَلْبَهُ وَاعِيًا لِمَا سَلَكَ فِيْهِ وَ جَعَلَ قَلْبَهُ سَلِيْمًا وَلِسَانَهُ صَادِقًا وَ خَلِيْقَتَهُ مُسْتَقِيْمَةً وَ جَعَلَ أُذُنَهُ سَمِيْعَةً وَ عَيْنَهُ بَصِيْرَة ً رواه الشيخ عن أبي ذر

Apabila Allah hendak mendatangkan kebaikan kepada hambaNya dibukakan kunci hatinya dan dimasukkan ke dalamnya keyakinan dan kebenaran dan dijadikan hatinya menyimpan apa yang masuk ke dalamnya dan dijadikan hatinya bersih, lidahnya berkata benar, budinya lurus, telinganya sanggup mendengar dan matanya melihat dengan terangan. (HR. Syekh dari Abu Zar).

Dan manakala ingin mengharapkan sesuatu, berharapklah hanya kepada Allah Azza wa Jalla.

ياَ غُلاَمُ: احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ وَ إِذَا سَأَلَكَ فَاسْأَلِ اللهَ تَعَالىَ وَ إِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ عَزَّ وَجَلّ َ رواه الترذي

Pemuda! Jagalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah, nanti engkau akan mendapati penjagaan-Nya di hadapan engkau. Apabila engkau menanya, tanyalah kepada Allah dan apabila engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan hanya kepada Allah ‘Azza Wajalla. (HR. Tirmidzi).

Peliharalah lidah dengan selalu mengucapkan yang baik dan menyelamatkan serta menghubungkan silaturahim.

أَطِبِ الكَلاَمَ، وَ أَفْشِ السَّلاَمَ، وَ صِلِ الأَرْحَامَ، وَ صَلِّ بِالَّلْيلِ وَ النَّاسُ نِيَامٌ، ثُمَّ ادْخُلِ الْجَنَّةَ بِسَلاَم ٍ --رواه ابن حبان عن أبي هريرة

Ucapkanlah perkataan dengan baik, kembangkanlah ucapan memberi salam, perhubungkanlah silaturahmi dan sembahyanglah di waktu malam ketika orang banyak sedang tidur, sesudah itu masuklah ke dalam surga dengan selamat. (HR. Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).

Kehidupan yang baik adalah menunaikan apa yang dibebankan Allah kepada kita dan redha dengan ketentuan dan hukum hukum Nya. Insyaallah kita akan selamat di dunia dan akhirat.

أَدِّ مَا افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكَ تَكُنْ مِنْ أَعْبَدِ النَّاسِ وَ اجْتَنِبِ مَا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْكَ تَكُنْ أَوْرَعَ النَّاسِ وَ ارْضَ ِبمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ مِنْ أَغْنَى النَّاس رواه ابن عدى عن ابن مسعود

“ Tunaikanlah apa yang diwajibkan Allah kepadamu, niscaya kamu menjadi hamba yang paling banyak ibadat. Jauhilah apa yang dilarang Allah kepada kamu mengerjakannya, niscaya kamu akan menjadi orang yang paling cermat. Relalah menerima apa yang dibagikan Allah kepadamu, niscaya kamu akan menjadi orang yang paling kaya.” (HR.Ibnu ‘Adi dari Ibnu Mas’ud)

Dunia ini sesungguhnya tempat kita bermal dengan menyediakan diri selalu berbuat kebajikan kebajikan, karena dunia ini memang sangat manis, kadang kala orang lupa bahwa satu ketika dia akan meninggalkannya, baik dalam keadaan siap ataupun tidak. Maka berpeganglah kepada bimbingan Rasulullah SAW sebagai berikut ;

الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، مَنِ اكْتَسَبَ ِفيْهَا مَالاً مِنْ حِلِّه و أَنْفَقَهُ فِى حَقِّهِ أَثَابَهُ اللهُ عَلَيْهِ و أَوْرَدَهُ جَنَّتَهُ وَ مَنْ اكْتَسَبَ فِيْهَا مَالاً مِنْ غَيْرِ حِلِّهِ وَ أَنْفَقَهُ فِى غَيْرِ حَقِّهِ أَحَلَّهُ اللهُ دَارَ الهَوَانِ وَ رُبَّ مُتَخَوِّضٍ فِى مَالِ اللهِ وَ رَسُوْلِهِ لَهُ النَّارَ يَوْمَ القِيَامَةِ. (رواه البيهقي عن ابن عمر

“Dunia itu manis dan hijau. Siapa yang berusaha memperoleh harta di dunia di jalan yang halal dan membelanjakannya menurut patutnya, niscaya orang itu diberi pahala oleh Allah dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Siapa yang mengusahakan harta di dunia tidak di jalan yang halal dan dinafkahkannya tiada menurut patutnya, niscaya Allah akan menempatkan orang itu di kampung kehinaan. Tidak sedikit orang yang menyelewengkan harta Allah dan Rasul-Nya memperoleh neraka di hari kiamat.” (HR. Baihaqy dari Ibn Umar).

Allah swt berfirman:

وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى, فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِىَ الْمَأْوَى

“ Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya “. (QS: An-Naazi'aat: 40-41)

Agenda besar yang mesti dilakukan dengan kesadaran yang tinggi adalah mengendalikan nafsu.

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ

“ Dan aku tidaklah akan mampu membersihkan diriku dari kesalahan – selama memperturutkan hawa nafsu --, karena sesungguhnya nafsu sangat menyuruh kepada kejahatan.”
Memperturutkan hawa nafsu sama dengan menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan, menjadi musyrik khafiy (tersembunyi).

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra dari Rasulullah SAW :

حَفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحَفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ

“ NERAKA dikelilingi dengan SYAHWAT dan SURGA dikelilingi dengan KESULITAN "

Sesungguhnya jalan menuju ke NERAKA itu lebih menyenangkan. Seperti contohnya, pergaulan atau percampuran antara laki-laki dan perempuan tanpa batas, zina dan homoseksualitas, minuman memabukkan, pencurian (korupsi) dan perampasan, penipuan, pelanggaran dan penyelewengan kewajiban atau mengkhianati amanah dengan jabatan dan kedudukan, kebebasan dari melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab serta ketidak pedulian dengan nilai-nilai kebaikan, termasuk memusuhi Allah dan para rasul, kesepakatan atas syahwat dan kebatilan, mengabulkan segala keinginan jiwa, lari dan lalai dari menyembah Allah, ketundukan kepada materi, senang berbuat zholim serta mau tolong menolong dengan orang-orang zholim.

Seseorang akan lebih senang mengerjakan apapun yang diinginkan nafsunya dan akan segera meninggalkan apa yang tidak diinginkan oleh nafsunya, walau itu bertentangan dengan kehendak Allah dan Rasul. Hal inilah yang mengakibatkan:

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ اَضَاعُوْاالصَّلَوَةِ وَاتَّبَعُواالشَّهَوَاتِ. فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

“ Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang lelaki) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan “. (QS: Maryam: 59)

وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاعَلَى النَّارِاَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِى حَيَاتِكُمْ الدُّنْيَا, وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهَوْنِ بِمَاكُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُوْنَ فِى الْأَرْضِ بِغَيْرِالْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُوْنَ

“ Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan) "kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawi (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya, maka pada hari ini kamu dibalasi dengan adzab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik.” (QS: Al-Ahqaaf: 20)

Pahamilah bahwa jalan menuju ke surga itu amat sulit bagi nafsu mengikutinya. Seperti ; Dzikir, pikir, tauhid, pengabdian, tawakal, khouf, harapan, wudhu, sholat, puasa, zakat, haji, hijab, tidak leluasa berduaan antara laki-laki dan perempuan tanpa batas, tidak minum minuman yang memabukkan, tidak berzinah, selalu membawa diri dengan akhlak tertentu yang mulia (karimah), meninggalkan kemunafikan dan bersabar atas semua hal yang di datangkan Allah dengan mengharap redha Nya.

Jalan ke surga harus ditempuh dengan jiwa yang sadar dan berpegang teguh atas segala yang dibebankan Allah Subhanahu wa Ta’ala, apapun kesulitan yang diakibatkannya, tidak cepat berputus asa. Pada hakikatnya, cobaan bukanlah kesulitan, karena Allah Azza wa Jalla tidak membebankan pada diri hamba Nya sesuatu yang di luar kemampuannya. Cobaan dan ujian adalah kemuliaan bagi setiap muslimin itu, sesuai pesan rasulullah SAW ;

عَجِبْتُ لِلْمُسْلِمِ إِذَا أَصَابَتْهُ مُصِيْبَةٌ احْتَسَبَ وَ صَبَرَ وَ إِذَا أَصَابَهُ خَيْرٌ حَمِدَ اللهَ وَ شَكَرَ، إِنَّ اْلمُسْلِمَ يُؤْجَرُ فيِ ُكلِّ شَيْءٍ حَتَّى فيِ الُّلقْمَةِ يَرْفَعُهَا إِلىَ فِيْهِ. (رواه البهقي عن سعيد

Aku kagum kepada orang Islam, apabila ditimpa cobaan, dia ikhlas dan sabar, sebaliknya apabila memperoleh kebaikan, dia memuji Allah dan bersyukur. Sesungguhnya orang Islam itu diberi pahala dalam segala hal, bahkan berkenaan dengan suap yang diangkatnya ke mulutnya. (HR. Baihaqi dari Sa’id).

Ingatlah...wahai hamba Allah, bahwa Allah Azza wa Jalla selalu berada dekat dalam jiwa hamba Nya. Ingatlah selalu akan DIA. Para Rasul Allah telah menyampaikan risalah-Nya, mengingatkan dan menyampaikan berita gembira serta mendatangkan bukti nyata dengan Wahyu Nya. Inilah faktor-faktor penguat Islam.

Adzab dosa dan hukuman Tuhan bagi mereka yang melanggar ketentuan-ketentuan Allah di dunia dan di akhirat.

Kehidupan yang baik dan nikmat abadi hanyalah bagi orang-orang yang berserah diri dan taat di dunia dan di akhirat.

Cobaan dan ujian adalah kemuliaan bagi setiap muslimin itu, sesuai pesan Rasulullah SAW ;

عَجِبْتُ لِلْمُسْلِمِ إِذَا أَصَابَتْهُ مُصِيْبَةٌ احْتَسَبَ وَ صَبَرَ وَ إِذَا أَصَابَهُ خَيْرٌ حَمِدَ اللهَ وَ شَكَرَ، إِنَّ اْلمُسْلِمَ يُؤْجَرُ فيِ ُكلِّ شَيْءٍ حَتَّى فيِ الُّلقْمَةِ يَرْفَعُهَا إِلىَ فِيْهِ. (رواه البهقي عن سعيد(

Aku kagum kepada orang Islam, apabila ditimpa cobaan, dia ikhlas dan sabar, sebaliknya apabila memperoleh kebaikan, dia memuji Allah dan bersyukur. Sesungguhnya orang Islam itu diberi pahala dalam segala hal, bahkan berkenaan dengan suap yang diangkatnya ke mulutnya. (HR. Baihaqi dari Sa’id).

Wallahu a'lamu bis-shawaab.

Disiar semula dengan izin Buya Mas'oed Abidin Z Abidin Jabbar.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan